Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi'i)

Kamis, 31 Oktober 2024

Ruang Kolaborasi 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Assalamualaikum...

Berikut ini adalah hasil diskusi pada ruang kolaborasi modul 3.2

Kritik dan saran bisa dituliskan di kolom komentar. Terima kasih.


Kamis, 24 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Assalamualaikum...

Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seoran guru atau kepala sekolah. 

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia. Filosofinya yang dikenal dengan "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." menekankan tiga prinsip utama yaitu:
1. Ing ngarsa sung tuladha, seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
2. Ing madya mangun karsa, seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di tengah kelompoknya.
3. Tut wuri handayani, seorang pemimpn harus memberikan dorongan dan dukungan dari belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.

Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
  1. Keseimbangan dan Harmoni, Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbaga aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpn yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok.
  2. Contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
  3. Dukungan dan dorongan. Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri sebagai guru penggerak diantara berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut akan berpengaruh kepada prinsip pengambilan keputusan yang akan kita ambil disesuaikan dengan situasi yang terjadi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambilApakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebutHal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping/fasilitator dapat menjadi bekal dalam melakukan proses pengujian keputusan secara bertahap menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Coachinf dilakukan dengan memenuhi kompetensi inti diantaranya kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saat melakukan pengujian keputusan pun sebaiknya menggunakan kompetensi inti coaching tersebut, sehingga kita dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari permasalahan yang ditemui. Pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah pengujian akan efektif jika diimbangi dengan pendekatan coaching dan dilakukan dengan kolaboratif dengan berbagai pihak.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri sendiri memiliki manajemen sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku memiliki kesadaran sosial sehingga memiliki keterampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dan dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Studi kasuau yang berkatan dengan moral/ etika harus didasari dengan nilai-nilai yang dianur seorang pendidik berupa nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal diantaranya kedilan, keselamatan, tanggung jawah, kejujuran, rasa syukur, lurus hati dll. Dilema etika harus dianalisis menggunakan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan didasari dengan nilai-nilai kebajikan tersebut.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Saat keputusan yang diambil sudah tepat, maka akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang ada di lingkungan saya antara lain masih kentalnya kebiasaan yang selalu dilakukan turun temurun. Saat mengambil keputusan sulit untuk lepas dari kebiasaan tersebut sehingga keputusan yang diambil menjadi tidak relevan. Perlu adanya perubahan paradigma yang sesuai yaitu kebenara lawan kesetiaan sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang kita ambil harus berpihak pada murid. Dalam pembelajaran salah satu strategi agar berpihak pada murid adalah menggunakan pembelajaran berdiferensiasi karena dapat memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil murid, sehingga akan tercipta merdeka belajar sesuai dengan potensinya yang berbeda-beda.
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai macam kemungkinan yang terjadi dalam mengambil keputusan, termasuk menyangkut masa depan murid oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam mengambil keputusan dengan melakukan pengujian sesuai dengan langkah-langkah yang sistematis disesuaikan dengan paradigma dan prinsip yang tepat.
  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan haruslah dijiwai filosofi Ki Hajar Dewantara, berpegang teguh pada nilai guru penggerak salah satunya berpihak pada murid dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan yang universal. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan berbagai hal termasuk masa depan murid. Pengambilan keputusan berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid karena disesuaikan dengan potensinya masing-masing. Seorang pemimpin haruslah memiliki kompetensi sosial dan emosional agar dapat mengambil keputusan dengan penuh kesadaran diri, mampu mengelola emosi dan mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Saat proses pengujian keputusan bisa menggunakan teknik coacing agar dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya untuk mengambil keputusan.
  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala resikonya.
  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Selama menjadi pemimpin pembelajaran dikelas saya belum pernah menemukan kasus dilema etika dengan siswa, namun sebagai pribadi saya pernah diahapkan dengan dilema apakah akan pergi mengikuti pelatihan dengan meninggalkan siswa di kelas, namun karena saya telah di undang saya memutuskan untuk pergi mengikuti pelatihan dengan mengganti jadwal dengan rekan sejawat di sekolah sehingga siswa tidak dirugikan. Keputusan yang saya ambil memiliki paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seperti materi dalam modul ini.
  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari modul ini terdapat perubahan sudut pandang saya dalam mengambil keputrusan, dimana salama ini saya mengambil keputusan berdasarkan apa yang saya anggap benar tanpa memperhatikan damapak dari keputusan yang kita buat, setelah memperlajari modul ini saya lebih berpandangan dalam mengambil keputusan kita perlu mempertimbangakn banyak hal sehingga menghasilkan keputusan yang tidak merugikan orang yang menerima keputusan.
  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi ini sangat penting untuk dipelajari karena modul ini memberikan pembelajaran dan pemahaman baru terkait bagai mana kita bersikap terhadap suatu keadaan dan mengambil keputusan atas kejadian tersebut.

Demikian Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Sabtu, 12 Oktober 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Assalamualaikum..
Jurnal refleksi kali ini saya susun menggunakan model 4C (Connection, Challenge, Concept dan Change)

1. Connection
Modul 3.1  membekali seorang CGP untuk menjadi pemimpin yang dapat mengambil keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dan etika. Keputusan yang diambil dapat menenetukan arah dan tujuan suatu lembaga dan menunjukkan nilai-nilai atau integritas lembaga sehingga memberikan kemajuan bagi mutu pendidikan.
Modul ini berkaitan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang mengarahkan guru harus mampu memberikan teladan yang baik bagi pengambilan keputusan bagi murid dengan prinsip pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid.

2. Challenge
Alur merdeka pembelajaran modul 3.1 berada di tahap eksplorasi konsep yang memaparkan tentang pengambilan keputusan yang selaras dengan nilai-nilai kebajikan. Tantangannya adalah bagaimana guru penggerak menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran yang memegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal dalam mengambil keputsan yang baik berkaitan dengan bujukan moral atau dilema sosial.

3. Concept
Konsep materi dalam modul 3.1 menurut saya adalah
  • Bujukan moral adalah sebuah kondisi dimana seseorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar dan salah. Jika keputusan yang diambil salah maka dapat dikatakan dia bermoral tidak baik.
  • Dilema etika adalah kondisi dimana seseorang harus memilih antara dua pilihan yang keduanya secara moral benar tapi saling bertentangan. Ini adalah saatnya kita membuat keputusan diantara benar dan benar.
  • Secara umum ada pola, model atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika antara lain individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka panjang.
  • Tiga prinsip pengambilan keputusan antara lain berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa perduli.
  • Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan antara lain mengenali nilai-nilai yang sering bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi pilihan trilema, buat keputusan, lihat lagi keputusan dan refleksikan.
4. Change
Setelah mempelajari modul 3.1 saya berharap untuk dapat menjadi pemimpin pembelajaran dengan bekal paradigma, prinsip dan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan sehingga nantinya akan menghasilkan kebijakan yang selaras dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu berpihak pada murid.
Keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah sehingga menjadi rujukan bagi seluruh warga sekolah.

Demikian jurnal ini saya susun. Kritik dan saran bisa ditulis di kolom komentar.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum 

Selasa, 08 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

PEMIKRAN REFLEKTIF
Pada modul 2.3 ini saya mempelajari tentang Supervisi Akademik yang bertujuan untuk pengembangan kompetensi dalam setiap diri pendidik di sekolah. Pendekatan yang digunakan adalah coaching yang memiliki 3 prinsip yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti coaching yang harus dimiliki diantaranya kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan yang berbobot. Kegiatan coaching dilaksanakan menggunakan alur TIRTA yaitu tujuan, identifikasi, rencana aksi dan tanggung jawab.

Emosi yang dirasakan terkait dengan pengalaman belajar adalah merasa senang dan lebih percaya diri untuk menerapkan pendekatan coachng dalam supervisi. Namun, ada juga khawatir tentang kemampuan saya untuk sepenuhnya menguasai tekhnik-tekhnik coaching yang efektif.

Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar yaitu saya telah berhasil menerapkan beberapa tekhnik coaching saat mempraktikkannya dalam ruan kolaborasi maupun demonstrasi konstektual dengan menggunakan alur TIRTA dan perinsip coaching yang baik saat saya berperan sebagai coach, coachee atau pengamat.

Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar yaitu saya perlu meningkatkan kemampuan dalam merancang pertanyaan berbobot saat pelaksanaan coaching dan fokus sesuai alur TIRTA. Terkadang saya merasa percakapan coaching masih belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi yaitu materi ini sangat relevan dengan kompetensi saya sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran sehingga lebih efektif saat membantu memaksimalkan potensi peserta didik atau rekan sejawat.

ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI DALAM KONTEKS CGP
Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh. 
Cara terbaik untuk mengintegrasikan teknik coaching ke dalam rutinitas supervisi akademik yang sudah ada adalah dengan menggunakan alur TIRTA dalam setiap sesi. Mulai dari percakapan pra observasi untuk menetapkan tujuan, lakukan observasi dengan pendekatan non judgement dan akhiri dengan percakapan pascca observasi untuk refleksi serta perencanaan tindakan perbaikan, Konsistensi dan keterlibatan guru di setiap tahap akan meningkatkan efektifitas supervisi.

Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan baru. Saya mencoba mengolah materi yagn dipelajari dengan menyesuaikannya dengan konteks sekolah saya. Misalnya menggunakan sesi coaching singkat yang fokus pada tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh guru.

Menganalisis tantangan yagn sesuai dengan konteks asal CGP. Tantangan terbesar adalah waktu yang terbatas dan beban kerja yang tinggi, yang bisa menghambat pelaksanaan coachin secara rutin, selain itu ada juga tantangan dalam memastikan semua guru terbuak dan siap menerima pendekatan coaching.

Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi sebagia solusi saya bisa mulai dengan sesi coaching yang lebih singkat dan fokus pada tujuan. Saya juga dapat mengintegrasikan coaching ke dalam pertemuan atau kegiatan lain yang sudah ada untuk menghemat waktu dan sumber daya.

MEMBUAT KETERHUBUNGAN 
Pengalaman masa lalu
Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah tetapi kegiatan tersebut hanya sekedar memenuhi kewajiban tanpa memahami makna supervisi yang sebenarnya. Supervisi akademik dilakukan hanya saat kepala sekolah mengobservasi kelas, tanpa kegiatan pra observasi dan pasca observasi sehingga hasilnya hanya sebatas penilaian guru saja.

Penerapan di masa mendatang
Harapan penerapan supervisi akademik di masa mendatang adalah agar proses ini dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan, Ini termasuk tahap pra observasi, observasi dan pasca observasi. Dengan pendekatan coaching yang berfokus pada kemitraan , proses kreatif dan memaksimalkan potensi diharapkan supervisi dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi pengembangan kompetensi guru. Melalui supervisi yang bermakna, guru akan mendapatkan umpan balik yang konstruktif dan relevan, sehingga dapat terus meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.

Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari 
Dalam modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi saya mempelajari tentang pentingnya mengenali dan memenuhi kebutuhan belajar individual setiap siswa. Sementara pada modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional mengajarkan pentingnya mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa sebagai bagian dari pembelajaran holistik. Dengan menggabungkan konsep dari modul 2.1 dan 2.2 coaching dalam supervisi akademik menjadi lebih komprehensif, mengembangkan keterampilan coaching yang berferensiasi dan memperhatikan aspek sosial emosional mitra. Hal ini dapat menghasilakn situasi yang lebih inklusif dan suportif, serta memperkuat hasil coaching secara maksimal.

Informasi yang didapat dair orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Saya juga mendapat banyak wawasan dari diskusi dengan rekan-rekan dan literatur tentang coaching yang memberaikan perspektif tambahan tentang tentang bagaimana mengatasi tantangan dalam supervisi akademik.

Terima kasih.




Total Tayangan Halaman