Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi'i)

Sabtu, 10 Agustus 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 1.4 Budaya Positif


Gambar 1. Ruang Kolaborasi Budaya Positif

Assalamu'alaikum...
Jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 tentang Budaya Positif saya susun menggunakan model 5 (4C) yaitu Connection, Challenge, Concept, Change.

Tanggal : 29 Juli - 10 Agustus 2024

Connection 

Dua minggu ini saya mempelajari tentang Budaya Positif. Budaya positif adalah perwujudan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid dan bertujuan untuk membentuk murid yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.

Budaya positif sekolah dapat terbentuk jika menerapkan disiplin positif yaitu menanamkan motivasi (intrinsik) seorang murid dalam menjalankan nilai, keyakinan dan kebiasaan di sekolah. Daya dukung lainnya yang diperlukan adalah kerja sama yang baik semua warga sekolah dalam menghayati dan menjalankan nilai kebajikan yang telah disepakati.

Gambar 2 Ruang Kolaborasi

Pembahasan seru terjadi saat ruang kolaborasi pada tanggal 6 dan 7 Agustus 2024 tentang 4 kasus dalam menerapkan posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. Kegiatan ini memperjelas gambaran tentang cara menangani permasalahan dengan solusi bukan sekedar menghakimi yaitu dengan penerapan segitiga restitusi. Pemahaman tentang posisi kontrol guru yang harus diperankan dengan tepat dalam sebuah situasi supaya menumbuhkan motivasi instrinsik siswa dalam menjalankan disiplin positif.

Pada tanggal 6 Agustus 2024, saya melaksanakan Pendampingan Individu 2 bersama Ibu Fika dan membahas tentang materi pada modul sebelumnya yaitu Visi Guru Penggerak. Kegiatan ini melibatkan semua warga sekolah untuk membahas tentang kesesuaian visi sekolah dengan tujuan pendidikan pada zaman sekarang.

Challenge
Penerapan disiplin positif dengan membuat keyakinan kelas bersama murid kelas 1 memberikan tantangan tersendiri yaitu 
  1. Keyakinan kelas belum dibuat bersama oleh guru dan murid karena saya mengampu kelas 1 yang masih dalam tahap bermain dan tidak kondusif jika diajak berdiskusi.
  2. Menjaga konsistensi dalam mempraktikkan keyakinan kelas yang telah disepakati.
  3. Mejaga keseimbangan antara menerapkan keyakinan kelas dengan mempertahankan situasi kelas yang positif dan mendukung. Selama ini saya seringkali masih memberikan hukuman dan penghargaan sebagai motivasi untuk menjalankan disiplin positif. Hasilnya, pelaksanaan disiplin positif bergantung kepada guru karena motivasi intrinsik anak belum ada.
Concept
Konsep yang dapat saya pahami dari materi modul adalah
  1. Disiplin positif yaitu menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri murid dengan cara membuat keyakinan kelas yang disepakati bersama
  2. Kebutuhan Dasar Manusia yaitu memahami situasi dan kondisi murid merupakan hal penting sebelum seorang guru menilai seorang murid. Kegiatan indisipliner terjadi karena ada kebutuhan murid yang belum terpenuhi.
  3. Posisi Kontrol Guru yang terdiri dari penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Guru sebaikya menempatkan posisi diri sebagai manajer karena hal ini dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa dalam disiplin positif. Posisi ini dapat digambarkan dengan guru berbuat sesuatu dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggunjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
  4. Segitiga Restitusi yaitu paradigma baru memecahkan masalah mengenai perilaku siswa dengan menerapkan tiga tahapan yaitu menstabilkan keadaan, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.
Change
Perubahan yang terjadi dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah mempelajari modul yaitu
  1. Perubahan paradigma. Murid melakukan pelanggaran memiliki alasan yang harus digali terlebih dahulu dan mengaitkannya dengan kebutuhan dasar manusia. Pertanggungjawaban berasal dari diskusi murid dan guru. Selama ini, penerapan disiplin hanya mengandalkan hukuman tanpa memperhatikan kebutuhan dan situasi murid. Setelah ini, saya harus lebih mencermati keadaan dan memberikan kesempatan pada murid untuk ikut serta dalam mempertanggungjawabkan perilakunya.
  2. Membuat keyakinan kelas dengan murid dengan mencari metode yang sesuai dengan anak usia dini.
  3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan keyakinan kelas sehingga tercipta kelas yang nyaman dan aman bagi semua warga sekolah sehingga memberikan dampak baik bagi sekolah pada akhirnya.
  4. Berusaha memposisikan diri dengan tepat dan belajar bertahap untuk memposisikan diri sebagai manajer dalam menanamkan disiplin positif terhadap siswa.
  5. Menerapkan tahapan segitiga resistusi dalam menyelesaikan masalah murid yang melanggar nilai-nilai kebajikan dan keyakinan kelas maupun sekolah.

Gambar 3 dan4. Penerapan Disiplin Positif Berdoa Sebelum
dan Sesudah Belajar

Gambar 5. Penerapan Disiplin Positif datang tepat waktu
dan menghormati guru


Demikian jurnal refleksi dwi mingguan yang dapat saya susun.

Salam Guru Penggerak
Chardiana Sariningtiyas, S.Pd.SD
CGP Angkatan 11



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman