Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi'i)

Sabtu, 28 September 2024

Jurnal Dwi Mingguan 2.3 Coaching

Assalamualaikum...
Jurnal refleksi ini menggunakan model 4F yaitu Fact, Feeling, Findings dan Future
1. FACT (PERISTIWA)
Minggu ini saya mempelajari tentang Coaching yaitu proses kolaboratif yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee.(Grant, 1999)
Sejalan dengan pendapat para ahli, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.
Pembelajaran minggu ini masih pada tahap ruang kolaborasi yang dilaksanakan pada tanggal 25 dan 26 Septermber 2024. Setelah belajar secara mandiri pada eksplorasi konsep kemudian mempraktikkan tekhnik coaching saat ruang kolaborasi sehingga teori yang dipelajari bisa dikonstruksikan menjadi pengalaman nyata. Tentunya ini menjadi jalan untuk saya dalam memahami materi kali ini. 
Coaching merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki coachee dengan seorang coach yang menggunakan paradigma fokus pada coachee yang ingin dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.
Pada minggu ini saya juga memulai Program Kaji Gema yang merupakan perwujudan visi yang telah saya susun pada modul 1.3 yaitu dengan mengumpulkan wali murid tentang pengenalan program dan aplikasi yang digunakan yaitu IPUSNAS, EPERPUSDIKBUD dan website PENJARING. Kendala yang dihadapi yaitu aplikasi IPUSNAS dalam masa perbaikan sehingga sumber bacaan menjadi berkurang.
2. FEELING (PERASAAN)
Saya merasa tehnik Coaching merupakan cara baru yang harus dilatih dengan melakukan banyak referensi karena setelah mempraktikkannya saya menemukan kesulitan dalam menggali potensi coachee terutama di saat menyusun pertanyaan berbobot. Saya merasa pertanyaan yang saya buat hanya merupakan pengulangan dari cerita coachee dan tidak memberikan bantuan berarti bagi coachee dalam menyusun langkah yang harus ditempuh selanjutnya.
3. PEMBELAJARAN (FINDINGS)

Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan  dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Paradigma berpikir coaching  terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah, Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.

Umpan Balik berbasis Coaching terdiri dari Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif, Umpan Balik menggunakan data yang valid. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma  pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu

4. FUTURE (PENERAPAN)

Tehnik coaching tidak hanya diterapkan pada mitra kerja namun juga pada peserta didik. Saya akan memanfaatkan coaching untuk memaksimalkan kemampuan peserta didik saya dengan situasi dan kondisi yang mendukung. Kemudian, selain mempraktikkannya saya juga ingin berbagi dengan mitra kerja sehingga tehnik ini dapat diterapkan oleh semua pihak dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu mencapa keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 





Kamis, 19 September 2024

Koneksi Antar Materi 2.2 Pendidikan Sosial Emosional


 

Assalamualaikum....

Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Hasil penelitian penerapan PSE terbukti dapat meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (wellbeing) secara optimal.

Gambar 1. Hasil Pencapaian Penerapan PSE

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PSE berperan penting dalam proses perkembangan karakter peserta didik dalam mencapai kesuksesan di masa depan dengan karakter yang berbudi luhur. Karakter yang diharapkan adalah dapat memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) dan membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Tujuan ini dapat dicapai dengan menerapkan PSE di sekolah dengan pembelajaran eksplisit, terintegrasi pembelajaran akademik atau melalui penciptaan budaya sekolah. Kolaborasi di sekolah, keluarga dan komunitas dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, aman dan positif bagi peserta didik karena penerapan PSE yang berkelanjutan. 

Materi pada modul 2.2 memiliki keterkaitan dengan materi pada modul sebelumnya yaitu
Modul 1.1 Filosofi KHD tentang pendidikan yang menuntun peserta didik sesuai kodratnya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dapat ditempuh dengan menerapkan PSE. Kelima kompetensi yang ada pada PSE dapat dijadikan pondasi bagi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur.
Modul 1.2 Nilai dan guru penggerak sangat berkaitan erat dengan PSE. Guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi seningga nilai kemandirian dalam pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.
Modul 1.3 Materi PSE dapat digunakan untuk mewujudkan visi guru penggerak yaitu lingkungan nyaman, aman dan positif yang tercipta merupakan pendukung perwujudan visi yang dibuat.
Modul 1.4 Keterkaitan modul ini adalah dalam penerapan PSE di sekolah yang dapat dilakukan dengan cara pengajaran eksplisit, terintegrasi pembelajaran akademik dan menciptakan iklim kelas dan sekolah. KSE yang telah diterapkan dalam keseharian guru dan peserta didik akan mendukung terciptanya budaya positif di sekolah.
Modul 2.1 Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu cara guru untuk menciptakan kelas yang nyaman bagi peserta didik karena dirancang untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan masing-masing karakter peserta didik di dalamnya. Adanya pembelajaran berdiferensiasi membuat guru menjadi lebih mudah dalam menerapkan PSE di sekolah.

Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir pendidikan sosial emosional tidak jauh berbeda dengan pendidikan karakter yang dicantumkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum sebelumnya. Namun, untuk PSE terdapat pengelompokan yang lebih spesifik sehingga penerapannya lebih jelas dan terarah.
Setelah mempelajari modul ini ternyata, penerapan PSE tidak terintegrasi pada pembelajaran di kelas saja namun dapat dilakukan secara berkesinambungan di sekolah, keluarga dan komunitas. Metode ini menjadikan kelima kompetensi sosial emosional menyatu dengan kehidupan peserta didik.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar yang aman, nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:
1. Kegiatan mindfulness yang dapat digunakan untuk memfokuskan kegiatan peserta didik.
2. PSE dapat meningkatkan kompetensi sosial, emosional dan akademik peserta didik.
3. Pentingnya kolaborasi pihak sekolah dan orang tua dalam menerapkan PSE

Berkaitan dengan nomor 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah bagi murid dan rekan sejawat yaitu :
1. Bagi Murid : menyusun rencana pembelajaran yang mengintegrasikan kompetensi sosial emosional sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk melatih dan merefleksikan kompetensi sosial emosional dengan cara yang sesuai dengan perkembangannya.
2. Bagi Rekan Sejawat : menjadi teladan dan mengajak rekan sejawat berkolaborasi dalam menerapkan kompetensi sosial emosional sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Salam Guru Penggerak.




Selasa, 17 September 2024

Demontrasi Konstektual 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional


 Assalamualaikum...

Berikut ini merupakan RPP yang terintegrasi dengan Kompetensi Sosial Emosional yang saya susun pada mata pelajaran Matematika Fase A Kelas 1 dengan materi pembelajaran tentang penjumlahan sampai dengan 20. 

Kritik dan saran bisa dituliskan di kolom komentar.


Sabtu, 14 September 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pendidikan Sosial Emosional


Assalamualaikum...

Jurnal Dwi Mingguan ini saya susun menggunakan metode 4F (Fact, Feeling, Finding dan Future.

FACT (Peristiwa)

Pembelajaran modul 2.2 diawali dengan mulai dari diri pada tanggal 3 September 2024. Materi tentang Pendidikan Sosial Emosional bertujuan untuk mewujudkan lingkungan aman dan nyaman untuk peserta didik pada akhirnya mewujudkan well being (kesejahteraan psikologis). Kondisi nyaman, sehat dan bahagia merupakan kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Konsep kompetensi sosial emosional berdasarkan CASEL (Collaborative For Academic, Sosial and Emotional Learning) yaitu 

  1. Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Ruang kolaborasi yang dilaksanakan tanggal 6 dan 9 September 2024 mendiskusikan tentang ide-ide implementasi KSE pada pembelajaran. Hasil diskusi menguatkan pemahaman tentang penerapan KSE yaitu dapat dilaksanakan di kelas, sekolah, keluarga dan komunitas.

Ruang Kolaborasi 2.2

Pada minggu ini juga dilaksanakan Pendampingan Individu 3 pada hari Sabtu, 7 September 2024. Kegiatan berlangsung dengan lancar yaitu tentang refleksi kegiatan yang telah dilakukan sampai pada modul 2.2 Moment ini juga digunakan untuk berbagi tentang pelaksanaan BAGJA dengan Ibu Fika, Pengajar Praktik kelas 40A. BAGJA yang telah disusun mengambil topik tentang pemanfaatan literasi digital di rumah dan di sekolah dengan latar belakang kodrat zaman dan kodrat alam yang tidak terlepas dari peralatan digital yaitu gawai. BAGJA bisa di baca di sini.

Pendampingan Individu 3

Akhir minggu ini juga dilaksanakan Lokakarya 3 di SMAN 1 Tempeh pada tanggal 14 September 2024. Kegiatan dipenuhi dengan keceriaan dengan agenda pembelajaran tentang praktik pembelajaran berdiferensiasi, mindfullness dan KSE. Banyak materi dan ice breaking bermanfaat yang didapatkan karena CGP di kelas berasal dari jenjang pendidikan berbeda yaitu SD, SMP dan SMA. Pengalaman baru diperoleh saat bapak ibu guru dari SMA/SMKN mempraktikkan pembelajaran di kelas yang metodenya tidak jauh berbeda dengan SD namun lebih variatif. Metode yang menarik didapatkan salah satunya yaitu Galeri Wall yang disampaikan oleh Ibu Lilis, Guru SMKN 1 Tempeh. 

Lokakarya 3

 FEELING (Perasaan)
Kompetensi sosial emosional tanpa sadar telah diterapkan pada pembelajaran selama ini namun tidak tertulis secara eksplisit. Faktanya materi ini bukan hal baru sehingga saya merasa mudah dalam mempelajarinya. Hal yang perlu saya kembangkan berkaitan dengan KSE adalah mengelompokkan kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada salah satu kompetensi yang didasarkan pada CASEL.
Adanya praktik Mindfullness juga membuat pelaksanaan kegiatan terjeda sejenak dan memberikan ruang untuk bernafas sehingga perasaan lebih terkontrol dan mengurangi rasa lelah dalam beraktivitas.
Saya juga merasa ada semangat untuk keluar dari zona nyaman yaitu memulai kegiatan BAGJA berkolaborasi dengan peserta didik, rekan sejawat dan orang tua.

FINDING (Penemuan)
Penerapan pembelajaran KSE dapat dilaksanakan di kelas, sekolah, keluarga dan komunitas dengan menggunakan berbagai indikator yaitu :
Kelas : pengajaran eksplisit, pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE dan pelibatan suara murid.
Sekolah : Iklim kelas yang mendukung, berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan dan dukungan yang terintegasi berkelanjutan
Keluarga dan komunitas : Pelibatan kemitraan dengan orang tua dan kemitraan dengan komunitas.

Pembelajaran yang terintegrasi dengan KSE pada dasarnya telah diterapkan pada pembelajaran sehari-hari namun sekarang pengelompokkannya dan indikator pencapaiannya lebih jelas dan terarah.  Misalnya pelaksanaan mindfullness dengan Tehnik STOP yang bisa membuat perasaan peserta didik lebih tenang dan menyadari keberadaan dirinya, pembagian kelompok yang bisa meningkatkan kompetensi keterampilan berelasi juga pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan metode POOCH (Problem, Options, Outcomes, Choices)

Analisis lebih lanjut Pendidikan Sosial Emosional berkaitan erat dengan 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila.


FUTURE (Penerapan)
Urgensi penerapan KSE memberikan gambaran penerapan pembelajaran harus dikembangkan dengan memperhatikan Kompetensi Sosial Emosional dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan pembelajaran. Saya akan berusaha menerapkan pembelajaran yang menekannkan pada salah satu atau beberapa KSE untuk kelas rendah dengan harapan pembelajaran tetap berlangsung efektif. 
Contoh ide pembelajaran yang akan saya terapkan adalah pelaksanaan tekhnik STOP pada waktu-waktu tertentu dan pembelajaran menggunakan metode diskusi.

Demikian Jurnal Dwi Mingguan pada kesempatan kali ini. 
Salam Guru Penggerak Angkatan 11
CHARDIANA SARININGTIYAS, S. Pd. SD


Kamis, 12 September 2024

Ruang Kolaborasi 2.2 Kompetensi Sosial Emosional



Assalamualaikum...

Berikut ini merupakan hasil diskusi kami di ruang kolaborasi modul 2.2 tentang ide implementasi pembelajaran sosial emosional.

 

Rabu, 04 September 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi


Assalamualaikum...
Tidak ada anak yang benar-benar sama sekalipun kembar identik. Setiap anak memiliki ciri khas masing-masing begitu pun dengan murid-murid kita. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga guru perlu strategi dalam melaksanakan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid salah satunya yaitu dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru dalam menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid artinya pembelajaran disusun dengan tujuan mendukung semua murid. Dukungan ini akan menciptakan kelas yang nyaman bagi murid untuk belajar dan yang terpenting adalah tujuan pembelajaran tercapai.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yaitu dengan memahami tujuan pembelajaran, mengetahui dan merespon kebutuhan belajar murid, menciptakan lingkungan yang mengundang murid untuk belajar, melakukan manajemen kelas yang efektif dan penilaian berkelanjutan.
Kebutuhan belajar murid yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu 
  1. Kesiapan belajar murid. Guru harus melakukan penilaian awal untuk mengetahui pengetahuan yang telah dimiliki oleh murid berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
  2. Minat murid. Setiap murid memiliki minat yang berbeda. Guru harus memperhatikan hal ini karena minat adalah motivator penting bagi murid untuk ikut aktif dalam pembelajaran.
  3. Profil belajar murid yaitu lingkungan, budaya, gaya belajar dan kecerdasan majemuk yang berbeda.
Data tentang kebutuhan belajar murid dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu 
  1. Mengamati perilaku murid
  2. Mengidentifikasi pengetahuan awal
  3. Mereview dan melakukan refleksi praktik pembelajaran
  4. Berbicara dengan guru murid sebelumnya
  5. Membaca rapot murid di kelas sebelumnya
  6. Melakukan berbagai penilaian diagnostik dan formatif.
Strategi yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi adalah diferensiasi proses, diferensiasi konten dan diferensiasi produk. Guru dapat memilih salah satu dari ketiga diferensiasi tersebut atau mengkombinasikan ketiganya. Adapun penerapannya sebagai berikut : 
  1. Diferensiasi konten berkaitan dengan apa yang diajarkan seperti materi, konsep atau keterampilan yang perlu dipelajari berdasarkan kurikulum. Mendiferensiasi konten dengan membedakan pengorganisasian atau format penyampaiannya bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum diferensiasi.
  2. Diferensiasi proses berupa kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten dengan cara membedakan proses yang harus dijalani oleh murid.
  3. Diferensiasi produk berupa bukti yang menunjukkan apa yang murid pahami dengan cara membedakan/ memodifikasi produk sebagai hasil belajar murid, hasol latihan, penerapan dan pengembangan apa yang telah dipelajari. 
Keterkaitan materi pembelajaran berdiferensiasi dengan materi sebelumnya adalah  
Modul 1.1 Untuk dapat melakuan pembelajaran berdiferensiasi maka guru harus berusaha memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman sesuai dengan filososfi Ki Hajar Dewantara.
Modul 1.2 Guru dapat menerapkan nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan pembelajarn berdiferensiasi yaitu berpihak pada murid, reflektif, kolaboratif, mandiri dan inovatif untuk menciptakan kegiatan pembelaaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid sehingga dapat mewujudkan kepemimpinan murid. 
Modul 1.3 Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan visi guru penggerak yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid
Modul 1.4 Keyakinan kelas berperan penting untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif sehingga guru pembelajaran berdiferensiasi yang dilaksanakan dapat menerapkan nilai-nilai budaya positif.

Demikian koneksi antar materi yang dapat saya susun.

Salam Guru Penggerak.

Senin, 02 September 2024

Demonstrasi Konstektual Modul 2.1 RPP Pembelajaran Berdiferensiasi


 

Assalamualaikum...

Rencana pelaksanaan yang saya susun pada mata pelajaran Matematika kelas 1 dengan materi pokok pasangan bilangan menggunakan media kertas lipat sebagai titik-titik air hujan.

Kritik dan saran bisa ditulis di kolom komentar. Terima kasih.


Total Tayangan Halaman