Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan (Imam Syafi'i)

Kamis, 21 November 2024

Koneksi Antar Materi 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Assalamualaikum...
Berikut ini merupakan koneksi antar materi modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain.

Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini.

Apa itu pengelolaan program yang berdampak positif pada murid?

Program yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yang mengajak para guru untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Program-program sekolah, baik program intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra kurikuler dapat mendorong kepemimpinan murid (student agency).

Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah tidak hanya murid belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif tetapi juga memiliki pengalaman dan kebermaknaan diperoleh dari proses belajar selama mengikuti program-program sekolah. Hal ini akan memberikan bekal murid menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat berdampak positif dari proses belajar yang dilalui dan tentunya akan dapat terus dirasakan oleh murid di sepanjang hidupnya.

Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?

Sesudah mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, saya menjadi sadar bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun murid agar mereka mampu memimpin proses belajarnya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Semakin percaya diri untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency) terutama mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dimana murid mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

Guru harus sadar dan terencana terus terbangun dan menguatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid. Memberdayakan murid saat program sekolah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

Guru menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri dan menerapkan konsep kepemimpinan murid dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Pentingnya kepemimpinan murid (student agency) dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas guru menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, yaitu 1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7) Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?

Pengelolaan program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid.

Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.

Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Modul 1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.

Modul 2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.

Jelaskan perspektif program yang berdampak positif pada murid dan bagaimana program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program dapat berdampak positif pada murid?

Program yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan dan pengelolaan sekolah yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan. Akhirnya terwujudkan rasa bahagia dan sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. Kodrat anak yang memiliki ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun menuju kepada kebahagian yang setinggi-tingginya. Mengenali program atau kegiatan sekolah dengan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah. Akhirnya dampak positif pada murid sebagaimana yang diharapkan terpenuhi secara menyeluruh.

Perencanaan program dilaksanakan secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan murid dengan mewujudkan lingkungan karakteristik yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid didukung sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan.

Pelaksanaan program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid.

Evaluasi terhadap program atau kegiatan ini maka guru dan murid berkolaboratif melakukan penilaian, refleksi evaluasi secara menyeluruh, sistematis, berkala dan berkelanjutan untuk mengukur seberapa efektif dampak positif yang diharapkan muncul. Kegiatan reflektif evaluasi untuk mengetahui apakah program atau kegiatan sudah efektif memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah program atau kegiatan telah mampu menumbuhkembangkan kepemimpian murid (suara, pilihan, kepemilikan).

Selasa, 19 November 2024

Demonstrasi Konstektual 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  1. Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA.

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…
Artikel ini merupakan tugas demonstrasi konstektual modul 3.3 pada Pendidikan Guru Penggerak yaitu membuat rencana program yang berdampak pada murid. Program/kegiatan yang akan saya kembangkan ini adalah “Kaji Gayuri” yang merupakan singkatan dari Klakah Siji Gemar Makan Sayur dan Minum Air Putih.

Kegiatan atau program yang ingin dirancang adalah kegiatan ko-kurikuler.

Poin/Komponen Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam program ini adalah :

1. Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia

Melalui kegiatan memiliki budaya untuk mengkonsumsi makanan sehat dapat menumbuhkan rasa syukur murid atas makanan yang selama ini telah didapatkan dengan mudah. Rasa syukur ini ditunjukkan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman sehat.

2. Berkebhinekaan Global

Murid belajar untuk menjaga kebhinekaan dengan cara saling menjaga dan menghargai perbedaan dalam persatuan karena setiap anak memiliki kegemaran makanan masing-masing.

3. Gotong Royong

Murid bergotong royong dengan rekan sejawat dan orangtua dalam merumuskan menu apa yang akan dibuat dalam program ini. 

4. Mandiri

Pada kegiatan penyusunan menu makanan, murid dapat menentukan bahan makanan dan jenis masakan yang digemari dengan memperhatikan kesepakatan bersama yang telah ditentukan.

5. Kreatif

Melalui kegiatan ini murid belajar memodifikasi dan menghasilkan menu sehat yang sesuai dengan kegemaran masing-masing sehingga murid menjadi terbiasa untuk mengkonsumsi makanan sehat.

6. Bernalar Kritis

Murid terlatih untuk mengembangkan cara berfikir sistematis, terbuka dan bernalar kritis dalam menentukan ide menu sehat bersama orang tua dan guru.


Aset dan kekuatan yang dimiliki sekolah dan dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan program/kegiatan Kaji Gayuri ini adalah :
1. Aset Manusia: Kepala Sekolah, Guru, Staf, Murid, dan orang tua.
2. Aset Fisik: Sarana & Prasarana sekolah seperti bangunan sekolah, ruang kelas, lapangan, taman, dll.
3. Aset Sosial didukung oleh: Paguyuban Kelas dan orang tua
4. Aset Lingkungan/alam: Lokasi dan tempat yang aman, nyaman, luas, bersih dan asri.
5. Aset politik: Bekerjasama dengan puskesmas.

Karakteristik Lingkungan Menumbuhkan Kepemimpinan Murid:

1. Lingkungan yang melatih yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. Dimana melatih murid berliterasi seperti membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Non akademiknya melatih murid memiliki karakter positif karena menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman sehat.
2. Lingkungan yang mampu mendorong kreativitas murid, terampil berinteraksi, mampu bersosialisasi dan berkolaborasi dalam perencanaan, penerapan dan refleksi kegiatan Kaji Gayuri
3. Lingkungan sekolah yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan cara berfikir kritis dalam perencanaan, penerapan dan refleksi kegiatan Kaji Gayuri


PRAKARSA PERUBAHAN

Program Kegiatan Kaji Gayuri merupakan kegiatan ko-kurikuler dengan pendekatan berbasis aset/kekuatan (Asset Based Thinking) dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan aset-aset yang ada di sekitar sekolah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan rasa Syukur atas Karunia Tuhan YME berupa makanan dan minuman sehat yang berlimpah dan mudah didapat. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi kegiatan. Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menghasilkan menu makanan dan minuman sehat, melatih murid untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah dan menemukan ide-ide kreatif, dan menumbuhkan kolaborasi antar sesama siswa, wali murid, rekan guru dan pihak-pihak terkait yang ada di sekolah.

Alasan Program ini dipilih karena kegiatan ini dapat mengedukasi anak-anak tentang pentingnya mengkonsumsi makanan dan minuman sehat.

Tahapan BAGJA:
B= Buat Pertanyaan Utama (Define)
Pertanyaan
  1. Mengapa kita perlu melakukan kegiatan/ program Kaji Gayuri?
  2. Bagaimana cara melakukan kegiatan/ program Kaji Gayuri?
Tindakan
  1. Berdialog dengan kepala sekolah dan rekan sejawat tentang kegiatan Kaji Gayuri.
  2. Berdiskusi dengan murid dan wali murid mengenai hal menarik yang ingin mereka lakukan dalam kegiatan Kaji Gayuri.
Melibatkan Suara/Pilihan/Kepemilikan
  • Mengajak murid berdiskusi tentang apa yang akan dilakukan pada kegiatan Kaji Gayuri.
Aset/Kekuatan/Sumber Daya
  • Kepala Sekolah, Rekan Sejawat, murid, dan wali murid
Waktu yang diperlukan
  • 3 hari
Penanggung Jawab
  • CGP
A= Ambil Pelajaran (Discover)
Pertanyaan
  1.  Aktivitas Apa yang dapat menarik minat murid dalam kegiatan Kaji Gayuri?
  2.  Adakah kebijakan sekolah yang telah mendukung kegiatan Kaji Gayuri secara mandiri?
  3.  Apa yang disukai murid dalam kegiatan Kaji Gayuri  secara mandiri?
Tindakan
  1. Berdiskusi dengan kepala sekolah dan rekan guru tentang pentingnya kegiatan Kaji Gayuri dan bagaimana pola makan hidup sehat yang sangat penting untuk saat ini
  2. Berdiskusi dengan rekan guru untuk mengidentifikasi hal-hal yang menarik yang dapat menumbuhkan pola makan sehat murid.
Melibatkan Suara/Pilihan/Kepemilikan
  1. Observasi pola makan murid yang selama ini telah berjalan
  2. Memberikan pertanyaan terbuka untuk menggali pengetahuan dan minat murid terhadap makanan dan minuman sehat?
Aset/Kekuatan/Sumber Daya
  1. Modal Manusia : murid, rekan guru, kepala sekolah dan orang tua.
  2. Modal Fisik : Ruang Kelas
  3. Modal Politik : Kebijakan Sekolah
Waktu yang diperlukan
  • 1 Minggu
Penanggung Jawab
  • CGP, murid dan orang tua
G= Gali Mimpi (Dream)
Pertanyaan
  • Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kami bayangkan terjadi ketika kegiatan/ program Kaji Gayuri sudah tercapai?
Tindakan
  • Mengajak rekan guru dan murid membuat daftar menu sehat yang akan dibuat anak dalam menunjang kegiatan Kaji Gayuri
Melibatkan Suara/Pilihan/Kepemilikan
  • Berdiskusi dengan guru, murid, dan orang tua murid mengenai perubahan yang terjadi dan dirasakan sebelum dan setelah Program Kaji Gayuri dilakukan?
  • Menulis dan menulis menu yang telah dibawa setiap minggunya
  • Melakukan sesi diskusi bersama untuk saling melengkapi daftar harapan dan evaluasi dari terlaksananya program Kaji Gayuri
Aset/Kekuatan/Sumber Daya
  • Rekan Sejawat, murid, dan wali murid
Waktu yang diperlukan
  • 1 hari/ minggu 
Penanggung Jawab
  • CGP
J= Jabarkan Rencana (Design)
Pertanyaan
  1. Apa langkah yang paling sederhana/langkah pertama yang bisa dilakukan?
  2. Berapa lama target untuk terlaksananya kegiatan Kaji Gayuri?
  3. Apa tindakan-tindakan yang bisa mendukung usaha mencapai tumbuhnya budaya mengkonsumsi makanan dan minuman sehat pada murid?
  4. Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
Tindakan
  1. Mendiskusikan rancangan program Kaji Gayuri dengan rekan sejawat, murid, dan orang tua murid.
  2. Mendata sarpras penunjang kegiatan Kaji Gayuri yang ada di kelas
  3. Mengkoordinasikan rancangan jadwal pelaksanaan program Kaji Gayuri
  4. Membuat catatan perkembangan dan evaluasi program
  5. Mendiskusikan jadwal & teknis pelaksanaan program Kaji Gayuri.
Melibatkan Suara/Pilihan/Kepemilikan
  • Mengajak murid berdiskusi tentang apa yang akan dilakukan pada kegiatan Kaji Gayuri.

Aset/Kekuatan/Sumber Daya
  • Modal manusia : Murid, rekan guru dan orang tua
  • Modal Fisik : Ruang Kelas dan menu makanan sehat
  • Modal Sosial : Kolaborasi Warga Sekolah dan keluarga
  • Modal politik : penyuluhan dari puskesmas terdekat
Waktu yang diperlukan
  • 1 Minggu
Penanggung Jawab
  • CGP

A= Atur Eksekusi (Deliver)
Pertanyaan
  1. Siapa saja yang akan dilibatkan dalam mewujudkan rencana ini?
  2. Apa saja peran yang dibutuhkan dan siapa yang mengisi peran tersebut?
  3. Siapa yang bertanggung jawab memonitor agar Kaji Gayuri dapat tetap nyaman dan berkelanjutan dilakukan?
  4. Kapan program/kegiatan Kaji Gayuri dapat dimulai?
Tindakan
  1. Menyusun tim pemantau (terdiri dari kepala sekolah, guru) dan tim pelaksana (murid)
  2. Membuat SK tugas tim pemantau dan tim pelaksana
  3. Melibatkan Suara/Pilihan/Kepemilikan
  4. Mengajak orang tua murid untuk turut serta memantau perkembangan budaya makan dan minum sehat murid
  5. Menyusun jadwal pelaksanaan dalam satu semester
  6. Mengkoordinasikan pembagian tugas dalam kepengurusan
Aset/Kekuatan/Sumber Daya
  1. Modal Manusia : Murid, Wali Murid, Rekan Guru, Kepala Sekolah dan orang tua
  2. Modal fisik : Ruang kelas dan jurnal menu
Waktu yang diperlukan
  • 1 Minggu
Penanggung Jawab
  • CGP

DIAGRAM Y
Suara:
Observasi melalui angket dan wawancara tentang makanan dan minuman kegemaran murid.
Musyawarah menentukan kegiatan sekolah yang berpihak pada murid
Bersama murid menggali aset yang ada di sekolah untuk bisa diberdayakan
Pilihan:
Memberi kesempatan pada murid untuk membuat rencana, jadwal kegiatan dan menu makanan dan minuman sehat bersama guru dan orang tua.
Murid diberi kebebasan memilih makanan dan minuman sehat secara mandiri saat kegiatan
Kepemilikan:
Pemanfaatan sarana dan Prasarana oleh murid secara mandiri dan kreatif
Murid dapat mengkreasikan menu makanan dan minuman sehat yang ditemukan pada program Kaji Gayuri bersama orangtua sesuai dengan keinginannya

Terima Kasih…

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Sabtu, 16 November 2024

Jurnal Dwi Mingguan Modul 3.3

Assalamualaikum...
Pada penulisan refleksi dwi mingguan kali ini tentang Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Bagi Murid,  saya menuliskan jurnal dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Ada empat bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.

  1. Fact (Peristiwa)
Modul 3.3 merupakan modul terakhir dari kegiatan pendidikan dan pelatihan calon guru penggerak Angkatan 11 ini. Sama seperti modul sebelumnya, kegiatan pembelajaran pada materi modul 3.3 ini juga dilakukan dalam waktu dua minggu dengan materi tentang menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Setelah mempelajari modul ini saya berusaha untuk mempelajari, memahami dan melaksanakan materi modul 3.3 ini dengan maksimal dan berusaha memberikan yang terbaik. Meskipun demikian dalam modul 3.3 ini masih terdapat beberapa materi masih belum saya mengerti dan pahami, terutama tentang lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya murid di sekolah saya. 


Pada saat ruang kolaborasi, saya berusaha mendengarkan dengan fokus dan berusaha untuk menggali informasi dengan fasilitator yaitu bapak Nogo Wiyanto serta dengan teman-teman CGP lainnya melalui tanya jawab.  Saat sesi ruang kolaborasi kedua, kami dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta untuk membuat sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki oleh sekolah serta mampu menumbuhkan kepemimpinan murid dengan melibatkan suara, pilihan, dan kepemilikan. Saat masuk alur demonstrasi kontekstual, kami diminta untuk membuat sebuah program secara individu. Program ini nantinya yang akan dipraktikkan dalam aksi nyata di akhir modul 3.3.
Hambatan yang saya alami dalam mempelajari modul 3.3 ini antara lain, saya masih belum  memahami materi. Namun setelah mendapatkan penguatan dari fasilitator dan instruktur, saya dapat memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu, saya juga berdiskusi dengan rekan-rekan CGP untuk memperkuat pengetahuan saya mengenai materi di modul 3.3 ini.

  1. Feelings (Perasaan)
Saya merasa sangat bahagia dan antusias serta bersemangat ketika mengikuti pembelajaran dalam modul ini. Selain materinya yang sangat menarik dan menantang, modul ini juga merupakan modul terakhir yang harus saya pelajari. Artinya, saya harus bersiap untuk mengimplementasikannya di kelas atau di sekolah saya. Selain itu, saya juga merasa senang karena banyak ilmu-ilmu dan pengetahuan baru yang saya dapatkan selama mengikuti kegiatan PGP ini.
Saya juga merasa senang dan tertarik ketika pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya dan saya merefleksikan pada bagian mulai dari diri dapat terjawab dengan baik dan jelas. Ada hal menarik yang terjadi pada pembelajaran di modul ini, yaitu saat saya harus menyelesaikan tugas demonstrasi kontekstual. Dalam tugas ini, CGP diminta untuk membuat sebuah program secara mandiri. Program yang saya buat yaitu Kaji Gayuri. Perasaan senang sekali ketika saya dapat merancang sebuah program dan melibatkan murid di dalamnya.
  1. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran yang saya dapatkan setelah mempelajari modul ini sebagai berikut, yaitu pada saat saya menyusun sebuah program sebaiknya kita melihat aset/kekuatan yang dimiliki oleh sekolah. Pentingnya melibatkan murid sebagai mitra dalam penyusunan, baik pada saat murid memberikan suara, pilihan dan kepemilikan dalam pelaksanaan, dan evaluasi program, baik dapat dilibatkan dengan memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat (suara) dan menentukan pilihannya sehingga mereka akan merasa memiliki dan merasakan manfaat dari program yang akan dikembangkan.
Yang perlu dikembangkan oleh guru di sekolah adalah pentingnya menciptakan lingkungan yang positif dalam menumbuhkan student agency. Pentingnya dukungan dari semua pihak/komunitas dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Prakarsa perubahan yang akan dilakukan dapat menggunakan Tahapan BAGJA dengan menambahkan unsur suara, pilihan, dan kepemilikan murid.
Dalam proses pembelajaran modul ini, tentunya saya juga memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Pengalaman saya dalam merancang sebuah program yang melibatkan murid dan mengimplementasikannya dengan tahapan BAGJA merupakan hal baru bagi saya. Modul 3.3 ini dalam menjadikan murid sebagai Student Agency.
  1. Future (Penerapan)
Dalam modul ini saya ingin dapat melaksanakan program yang telah saya rancang dengan murid tersebut. Harapannya program ini dapat menumbuhkan kepemimpinan murid dan mewujudkan karakter profil pelajar Pancasila. Dan saya juga akan menyebarkan pengetahuan dan pengalaman saya dalam menyusun program yang berdampak positif pada murid ini pada rekan-rekan sejawat.

Jumat, 15 November 2024

Selasa, 05 November 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya / aset utama daerah / di ekosistem sekolahnya dan mampu mendukung komunitas agar dapat memanfaatkan dan memberdayakan seluruh sumber daya aset- aset tersebut seoptimal mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid secara berkesinambungan.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem dimana terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana.

Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki sekolah, serta dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sudah seharusnya sebagai pemimpin pembelajaran diharuskan bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

7 Modal Utama atau sumber daya sekolah tersebut Adalah :

  1. Modal Manusia
  2. Modal Fisik 
  3. Modal Sosial
  4. Modal Finansial
  5. Modal Politik
  6. Modal Lingkungan/ Alam
  7. Modal Agama dan budaya

Setelah memahami 7 Modal utama Seorang pemimpin pembelajaran harus menerapkan pemikiran yang  menerapkan pendekatan berbasis aset.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Ada dua pendekatan berpikir dalam pengelolaan berbasis aset

  • Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.
  • Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Dalam hal ini Pendekatan berbasis aset yang harus dapat diterapkan oleh Pemimpin Pembelajaran

Lalu, Apa pentingnya berfikir berbasis asset..?

  • Dengan berfikir berbasis aset maka kita bisa fokus pada asset atau kekuatan, merangsang proses berpikir, merangsang otak ke arah kemajuan dan solusi, jika berfikir berbasis kekurangan, maka sebaliknya akan menghambat proses kemajuan, sehingga memunculkan banyak peluang, membuka jalan, membuka banyak kesempatan dan kekuatan sehingga apa yang kita inginkan bisa tercapai.
  • Dengan berfikir berbasis aset maka kita bisa membayangkan masa depan, dengan berorientasi atau membayangkan masa depan itulah maka akan banyak membuka kesempatan dan peluang untuk mewujudkan masa depan yang kita inginkan. Dengan berfokus pada masa depan, melihat potensi yang ada, apa yang sudah berkembang dan apa yang sudah berjalan
  • Dengan berpikir berbasis aset maka kita bisa berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih, sehingga kita fokus untuk belajar dari kesusksesan yang telah diraih, memaksimalkan potensi yang ada untuk meraih kesuksesan selanjutnya.
  • Dengan berfikir berbasis aset maka kita bisa mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya
  • Dengan berfikir berbasis aset maka kita bisa merancang rencana berdasarkan visi dan dan kekuatan
  • Dengan berfikir berbasis aset maka kita bisa mewujudkan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Dari beberapa sumber daya yang ada di sekolah tentu memiliki kontribusi dan hubungan dalam membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas apabila sumber daya tersebut dikolola dengan tepat

Modal Manusia : Guru Yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,dan berpihak pada murid akan mampu menciptakan murid yang memiliki profil pelajar pancasila.

Modal Fisik : Sarana dan Prasarana sekolah yang memadai akan sangat menunjang proses Kegiatan Belajar Mengajar

Modal Sosial : Relasi baik di dalam dan disekitar dapat menjadi mitra sekolah dalam memenuhi sumber belajar siswa

Modal Finansial : Dana BOS,  Koperasi,

Modal Agama dan Budaya : Pembiasaan kegiatan keagamaan seperti Tartil Al-Qur’an, PHBI, dapat meningkatkan keimanan, dan mata pelajaran seni budaya , Bahasa Jawa dapat menguatkan budaya.

Modal Politik : Keterlibatan Guru dalam organisasi profesi misalkan : MGMP, PGRI, IGI dll

Modal Lingkungan : Lingkungan yang ASRI dapat membuat murid merasa nyaman selama KBM Di sekolah

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara ( Modul 1.1)

Ki Hajar Dewantara melalui filosiofinya yang mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan,bahwa pendidikan merupakan kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajatan yang menyenagkan, dan berpihak pada murid,sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memilki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.

Nilai dan Peran Guru Penggerak ( Modul 1.2)

Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7 modal utama, yaitu sebagai modal manusia, dalam hal ini guru sebegai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses belajar dikelasnya, sehingga ilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga harus dapat berperan dalam membangun sinergi dilingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.

Visi Guru Penggerak ( Modul 1.3)

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki Visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui konsep ATAP dan BAGJA. Pada konsep terebut dapat jga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan Cooperrider & Whitney (2005), yang menyatakan bahwa Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

 

Budaya Positif ( Modul 1.4)

Budaya positif dilingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid, dengan tujuangan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan out put dari peserta didik yang memilki karakter kuat dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki karakter positif dimasa depannya.

Pembelajaran Diferensiasi ( Modul 2.1)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada siswa, sesuai dengan kesiapan belajar siswa dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan. Dalam proses pembelajaran berdifrensiasi akan sangat dapat terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran Sosial dan Emosional ( Modul 2.2)

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menenkankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik mindfulness juga dapat dijadikan strategi bagaimana acara mengelola sumber daya manusia, yakni murid sehingga melalui tahap tersebut potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.

Coaching ( Modul 2.3)

Coaching merupakan sebuah strategi atau acara seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab ( Modul 3.1)

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Selama ini masih sering fokus dan berpikir berbasis kekurangan, hal menyebabkan tidak jarang perasaan yang timbul adalah, perasaan yang pesimis, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah, karena ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedanpan pola pikir berbasis kekuatan/aseet, sehingga hal tesebut membuat kita akan berpikir postif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekelilingya.

Sabtu, 02 November 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Assalamu'alaikum... Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan menggunakan model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.
  1. Fact (Peristiwa)

Saya mulai mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya secara daring di LMS dengan alur M-E-R-D-E-K-A yaitu: mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antarmateri dan aksi nyata. Saya membuka alur pertama “Mulai dari Diri”. Di sini saya diminta untuk menjawab tujuh pertanyaan yang bertujuan untuk mengaktifkan ulang pengetahuan awal Anda tentang ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah.

Alur yang kedua yaitu eksplorasi konsep. Saya sebagai calon guru penggerak belajar secara mandiri melalui materi-materi yang disajikan dalam forum LMS, saya juga diminta untuk mendalami materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Disini kami mempelajari sekolah sebagai ekosistem, Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach), pendekatan ABCD (Asset Based Community Development), karakteristik komunitas yang sehat dan komunitas, pengalaman rapat dan mendiskusikan murid. Disini juga kami mempelajari kasus 1 dan kasus 2 tentang kegiatan rapat guru membahas kegiatan perpisahan kelulusan murid. Kami diajak untuk melakukan analisa mengenai suasana rapat tersebut.

Pada modul 3.2.a.4.1. Eksplorasi Konsep – Pertanyaan Pemantik. disini kami membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, disini kami diminta melihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya kami menjawab pertanyaan yang disajikan Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi Asinkron).  Kegiatan selanjutnya yaitu 3.2.a.4.2. Eksplorasi Konsep – Forum Diskusi. disini kami diminta untuk mengerjakan 2 studi kasus tentang hubungkan dengan materi pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset. 

Kegiatan selanjutnya yaitu alur ketiga ruang kolaborasi dibagi menjadi dua sesi. sesi satu adalah diskusi dengan anggota kelompok yang dipandu oleh fasilitator dan yang kedua adalah bagian presentasi hasil diskusi kelompok. Semua itu dilakukan melalui room google meet. Disini kami melakukan diskusi untuk membahas kekuatan/aset sumber daya yang dimiliki di sekolah masing-masing dan daerah kami. Dilanjutkan ruang kolaborasi sesi 2 yaitu presentasi hasil kelompok.

Kegiatan selanjutnya di alur empat demonstrasi kontekstual, kami ditugaskan untuk menganalisis video di LMS tentang visi dan prakarsa perubahan, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan BAGJA, mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran, dan menganalisis modal utama yang dapat dimanfaatkan.

Kegiatan selanjutnya di alur kelima elaborasi pemahaman, saya ditugaskan untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 3.2. Beberapa pertanyaan yang akan menguatkan pemahaman saya akan materi konsep di modul 3.2 adalah:

  • Dalam modul ini dibahas mengenai manfaat dari Asset-Based Approach, adakah kekurangan yang dimiliki pada pendekatan tersebut?
  • Dari ke-7 modal yang disebutkan dalam modul 3.2 ini, adakah modal yang menjadi sangat prioritas, sehingga menjadi urutan/level modal?
  • Bagaimana tips agar setiap warga sekolah selalu menerapkan PKBA dalam setiap perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan?

Selanjutnya Elaborasi pemahaman, kegiatan diskusi virtual lewat google meet bersama instruktur, disini memberikan penguatan tentang modul 3.2 ini.

Kegiatan selanjutnya yaitu alur yang keenam adalah koneksi antar materi mengaitkan materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dengan materi yang telah didapatkan pada modul sebelumnya.

Dan Alur terakhir dari alur merdeka adalah aksi nyata. Pada aksi nyata ini kami sebagai calon guru penggerak diminta untuk melakukan aksi nyata dengan mengidentifikasikan sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki sekolah. Identifikasi sumber daya sekolah dilakukan secara kolaboratif agar semua warga sekolah dapat bersama-sama mengetahui dan memanfaatkannya untuk peningkatan kualitas pendidikan.

  1. Perasaan (Feeling)

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya berpikir kekurangan dan masalah yang ada di sekolah dan saya berpikir bahwa aset yang ada di sekolah hanya berupa sarana dan prasarana yang di sekolah. Setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya akhirnya saya mampu merubah cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis aset/kekuatan. Dengan cara pandang berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan aset/modal dan kekuatan yang ada untuk melaksanakan program sekolah. Berpikir berbasis aset/kekuatan sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam ekosistem sekolahnya. Dengan memaksimalkan potensi yang ada dapat menggerakan ekosistem sekolah untuk dapat berpikir positif dalam mengembangkan sekolah.

Perasaan saya setelah mempelajari modul sangat senang, bersemangat, dan optimis bahwa kita begitu banyak memiliki aset/modal potensi yang belum tergali dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik bagaimana kita memetakan aset/modal yang ada di sekolah. Dengan memetakan aset/modal yang ada kita dapat memanfaatkannya untuk merencanakan program yang berdampak bagi murid. Hasil pemetaan aset dan pemanfaatannya membuat kami optimis untuk memanfaatkan aset/modal yang dimiliki untuk mengembangkan sekolah yang berdampak bagi murid. Saya juga senang dapat mengajak rekan-rekan sejawat untuk berpikir berbasis kekuatan. Berpikir berbasis kekuatan ini membuat kita menyadari potensi yang dimiliki dan dimanfaatkan dalam program-program sekolah.

  1. Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang saya peroleh dalam modul ini yaitu kami diajak untuk mengingat dan menulis tentang sekolah adalah sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik yang saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik seperti murid, kepala sekolah, guru, staf sekolah, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Sedangkan faktor abiotik seperti keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan alam juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Dengan memahami ekosistem sekolah, diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara semua faktor yang terlibat dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu 

  • Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada masalah dan kekurangan yang ada di sekolah.
  • Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) akan memusatkan perhatian pada kekuatan dan potensi yang ada di sekolah.

Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat yang lebih positif dalam mengembangkan diri dan mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung menimbulkan pikiran negatif. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengadopsi pendekatan berbasis aset untuk melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan.

Selain itu pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya juga dapat menggunakan Asset-Based Community Development (ABCD) kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Pendekatan PKBA atau Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan suatu kerangka kerja yang membangun kemandirian dari suatu komunitas dengan memfokuskan pada potensi aset/sumber daya yang dimilikinya.

Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan pada suatu komunitas. PKBA menekankan pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian, pendekatan PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang lebih berkelanjutan dan berdaya guna. Di dalam sebuah sekolah, pendekatan PKBA dapat diterapkan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah agar kegiatan pendidikan dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut:

  • Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat
  • Menumbuhkan komitmen terhadap tempat
  • Membangun koneksi dan kolaborasi
  • Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada
  • Membentuk masa depannya
  • Bertindak dengan obsesi ide dan peluang
  • Merangkul perubahan dan bertanggung jawab
  • Menghasilkan kepemimpinan

Komunitas sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seperti halnya komunitas pada umumnya dengan menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Pemanfaatan sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan memetakan tujuh aset utama atau modal utama yang meliputi modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama & budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam dan modal finansial. Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset tersebut dapat saling beririsan satu sama lain. 

  1. Modal manusia: dapat diidentifikasi melalui pemetaan individu berdasarkan pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki. 
  2. Modal sosial: terdiri dari norma, aturan, kepercayaan, dan jaringan antar unsur di dalam komunitas/masyarakat. 
  3. Modal politik: mencakup kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam unit sosial dan merupakan instrumen melalui sumber daya manusia yang dapat memengaruhi kebijakan. 
  4. Modal agama dan budaya: Agama berperan dalam mengintegrasikan perilaku individu dalam sebuah komunitas, sedangkan kebudayaan merujuk pada hasil karya manusia yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda.
  5. Modal fisik: terdiri dari bangunan dan infrastruktur.
  6. modal lingkungan/alam: mencakup potensi alam yang belum diolah dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
  7. modal finansial adalah dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas dan dapat digunakan untuk membiayai pembangunan dan kegiatan. 

Pemanfaatan ketujuh modal utama tersebut dapat dilakukan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Kesimpulan dari pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah Sebagai seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya di sekolah kita dengan menggunakan pendekatan berbasis aset (asset-based thinking). Dalam menerapkan pendekatan ini, kita harus memanfaatkan dan memberdayakan aset tersebut secara optimal untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid. Untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita juga harus dapat menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam ekosistem, baik itu dari komponen abiotik maupun biotik. Kita harus memandang setiap hal sebagai aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya. Ada 7 modal utama atau aset yang harus dikelola, yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal alam/lingkungan, dan modal finansial. Hal ini sangat penting dalam mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Oleh karena itu, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita harus dapat mengimplementasikan pendekatan berbasis aset ini di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar kita

  1. Penerapan (Future)

Kedepannya dalam penerapan di kelas dan di sekolah bahwa sebagai pemimpin saya harus mengelola 7 aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan sekolah dengan menggunakan pendekatan berbasis kekuatan/aset dan pendekatan berbasis kekurangan. Saya memandang guru sebagai aset manusia yang utama dalam melaksanakan pembelajaran harus berinovasi dan memperkaya diri dalam mengelola sumber daya di kelas dan di sekolah agar tercipta pendidikan yang berpihak pada murid. 

Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, memberdayakan nilai dan peran guru, membuat visi perubahan, menciptakan budaya positif, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional agar pengambilan keputusan tepat, melakukan coach dan supervisi akademik, pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan dapat dilakukan jika pengelolaan sumber daya dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh.

Jumat, 01 November 2024

Demontrasi Konstektual 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Mengelola Sumber Daya

 Assalamualaikum...

Analisis Video Praktik Baik 

Tujuan Pembelajaran Khusus

  1. CGP dapat menganalisis visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada.
  2. CGP dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B-A-G-J-A dari tayangan video yang ada.
  3. CGP dapat mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari tayangan video.
  4. CGP dapat menganalisis modal utama apa saja yang dimanfaatkan contoh video praktik baik ini
Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?
"Bagaimana menciptakan lingkungan belajar menyenangkan sesuai dengan minat murid?"
Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?
Bagaimanakah kelas impian yang dapat menjadi penyemangat belajar murid saat kegiatan belajar mengajar?
Kegiatan/ tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:
Buat Pertanyaan

Guru mengajak murid berdiskusi tentang frasa yang tertulis di papan tulis yaitu "Penyemangat Belajar"

Ambil Pelajaran






Guru mengajak siswa untuk membentuk kelompok, mengunjungi dan mengamati kelas lain, melakukan tanya jawab dengan peserta didik lain tentang kelas mereka dan mendiskusikan hasil pengamatan dengan kelompok kemudian menyimpulkan hal yang disukai dari kelompok lain.

Gali Mimpi
Guru mengajak peserta didik untuk membayangkan kelas impian mereka dengan menutup mata dalam dua menit, peserta didik membuat sketsa kelas impian mereka dengan bahan yang telah disediakan, mempresentasikan hasil diskusi yaitu sketsa kelas impian dan membahas hasil presentasi

Jabarkan Rencana
Guru mengajak berdikusi tentang daftar yang dibutuhkan untuk mewujudkan keinginan peserta didik, membagi tugas dalam kelompok dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dan menentukan waktu pelaksanaan rencana kegiatan.

Atur Eksekusi
Peserta didik mengerjakan tugas sesuai dengan hasil kesepakatan dengan bekerja sama dalam mewujudkan kelas impian yang telah direncanakan.

Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?
Prakarsa perubahan memerlukan peran pemimpin dalam proses pelaksanaan mewujudkannya. Berikut analisis peran pemimpin dan video tersebut
  1. Guru menggunakan pendekatan berbasis aset yaitu dengan berusaha membuka pemahaman dan kesadaran yang ada melalui kekuatan dalam berkolaborasi
  2. Guru mengarahkan peserta didik untuk fokus pada kekuatan kelas dalam mewujudkan impiannya.
  3. Guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memetakan sumber daya yang ada di sekolah sesuai dengan kompetensi untuk mewujudkan kelas nyaman dan menyenangkan sehingga menjadi penyemangat belajar
  4. Guru mampu mewujudkan suasana kelas yang nyaman sesuai tujuan masing-masing siswa dengan bekerja secara bersama-sama (kolaborasi)
Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalam tayangan video? lalu bagaimana pemanfaatannya?
Guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memanfaatkan berbagai aset yang dimili sekolah dengan berbagai pendekatan, salah satunya pendekatan pengembangan komunitas berbasisi aset. Dalam video tersebut menunjukkan beberapa aset yang dimanfaatkan dalam mewujudkan prakarsa perubahan yang telah dibuat yaitu:
Modal manusia : Guru untuk mengarahkan, memfasilitasi dan mewujudkan kelas impian. Peserta didik yang mampu membuat desain kelas impian dengan segala hal yang diperlukan misalnya hiasan, kursi yang tertata rapi, adanya rak buku dan kebersihan kelas yang terjaga.
Modal sosial : Lingkungan sekolah yang saling mendukungm kerjasama, harmonis dan hubungan yang sehat yaitu dengan melakukan pengamatan kelas lain juga adanya kolaborasi yang baik antara guru. Lingkungan ini menjadi aset yang berpotensi mewujudkan tujuan/ visi bersama.
Modal fisik : Tersedianya ruang kelas, buku paket di perpustakaan, meja, kursi, papan tulis, alat tulis dan lainnya. Pemanfaatannya dengan memanfaatkan perlengkapan yang ada untuk menciptakan kelas yang nyaman.
Modal finansial : Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan untuk membuat hiasan kelas sehingga menjadi kelas impian yang telah didiskusikan.

Demikian tugas ini saya susun. Kritik dan saran bisa dituliskan di kolom komentar. Terima kasih
Salam Guru Penggerak.

Total Tayangan Halaman